IstilahWali kutub, wali ghauts, tidak pernah ada dalam islam. Karena segala yang ghaib pasti telah dijelaskan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak ada peluang bagi manusia untuk mengetahui hal ghaib selain melalui penjelasan Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Istilah wali qutub dan wali ghauts hanya ada
- Allah SWT menurunkan para auliya di bumi ini dalam 1 abad berjumlah orang yang mempunyai tugas masing-masing sesuai pangkat atau maqomnya. Mereka inilah yang menjaga keseimbangan alam, menjaga kelestarian alam agar alam tetap lestari hingga waktunya tiba. Tugas para wali Allah tidak selesai hanya dengan wafatnya mereka. Firman Allah dalam Surat Al-Imron ayat 169 “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati’ bahkan mereka itu hidup’ di sisi Tuhannya dengan mendapat rezqi”. Para wali Allah hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidupnya itu. Inilah pangkat para wali Allah 1. Qutub Atau Ghauts 1 abad 1 orang 2. Aimmah 1 abad 2 orang 3. Autad 1 abad 4 orang di 4 penjuru mata angin 4. Abdal 1 abad 7 orang tidak akan bertambah dan berkurang apabila ada wali Abdal yang wafat Allah menggantikannya dengan mengangkat wali Abdal yang lain Abdal = Pengganti. Wali Abdal juga ada yang waliyah-nya 5. Nuqoba’ Naqib 1 abad 12 orang diwakilkan Allah masing-masing pada tiap-tiap bulan 6. Nujaba’ 1 abad 8 Orang 7. Hawariyyun 1 abad 1 orang wali Hawariyyun diberi kelebihan oleh Allah dalam hal keberanian, pedang jihad di dalam menegakkan agama Islam di muka bumi. 8. Rojabiyyun 1 abad 40 orang yang tidak akan bertambah dan berkurang. Apabila ada salah satu wali Rojabiyyun yang meninggal Allah kembali mengangkat wali Rojabiyyun yang lain. Dan Allah mengangkatnya khusus pada bulan Rajab dari Awal bulan sampai akhir bulan. Oleh karena itu dinamakan Rojabiyyun. 9. Khotam penutup wali 1 alam dunia hanya 1 orang yaitu Nabi Isa ketika ia diturunkan kembali ke dunia menjelang kiamat. Kala itulah Allah mengangkatnya kelak menjadi wali khotam Penutup. Tidak ada wali setelahnya. 10. Qolbu Adam 1 abad 300 orang 11. Qolbu Nuh 1 abad 40 orang 12. Qolbu Ibrohim 1 abad 7 orang 13. Qolbu Jibril 1 abad 5 orang 14. Qolbu Mikail 1 abad 3 orang tidak kurang dan tidak lebih, Allah selalu mengangkat wali lainnya apabila ada salah satu dari wali Qolbu Mika'il yang wafat 15. Qolbu Isrofil 1 abad 1 orang 16. Rijalul Alamul Anfas 1 abad 313 orang 17. Rijalul Ghoib 1 abad 10 orang tidak bertambah dan berkurang. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib ada yang wafat, seketika juga Allah mengangkat wali Rijalul Ghoib yang lain. Wali Rijalul Ghoib merupakan wali yang disembunyikan oleh Allah dari penglihatan makhluk-makhluk bumi dan langit. Tiap-tiap wali Rijalul Ghoib tidak dapat mengetahui wali Rijalul Ghoib yang lainnya. Ada wali dengan pangkat Rijalul Ghoib dari golongan jin mukmin. Semua wali Rijalul Ghoib tidak mengambil sesuatupun dari rizqi alam nyata ini. Mereka mengambil atau menggunakan rizqi dari alam ghaib. 18. Adz-Dzohirun 1 abad 18 orang 19. Rijalul Quwwatul Ilahiyyah 1 abad 8 orang 20. Khomsatur Rizal 1 abad 5 orang 21. Rijalul Hanan 1 abad 15 orang 22. Rijalul Haybati Wal Jalal 1 abad 4 orang 23. Rijalul Fath 1 abad 24 orang Allah mewakilkannya di tiap Sa’ah Jam wali Rijalul Fath tersebar di seluruh dunia. 2 orang di Yaman, 6 orang di negara Barat dan 4 orang di negara timur, dan sisanya di semua jihat arah mata angin 23. Rijalul Ma’arijil Ula 1 abad 7 orang 24. Rizalut Tahtil Asfal 1 abad 21 orang 25. Rizalul Imdad 1 abad 3 orang 26. Ilahiyyun Ruhamaniyyun 1 abad 3 orang. Pangkat ini menyerupai pangkatnya wali Abdal. 27. Rojulun Wahidun 1 abad 1 orang 28. Rojulun Wahidun Markabun Mumtaz 1 abad 1 orang . Wali dengan maqom Rojulun Wahidun Markab ini dilahirkan antara manusia dan golongan ruhanny bukan murni manusia. Beliau tidak mengetahui siapa ayahnya dari golongan manusia. Wali dengan pangkat ini tubuhnya terdiri dari dua jenis yang berbeda. Pangkat wali ini ada juga yang menyebut "Rojulun Barzakh". Ibu dari wali pangkat ini dari golongan ruhanny Air. Innallah ala kulli syai'in qadir/ Sesungguhnya Allah SWT atas segala sesuatu berkuasa. 29. Syakhsun Ghorib di dunia hanya ada 1 orang 30. Saqit Arofrof Ibni Saqitil Arsy 1 abad 1 orang 31. Rijalul Ghina 1 abad 2 orang. Sesuai nama maqomnya pangkatnya wali ini sangat kaya, baik kaya ilmu agama, kaya ma’rifatnya kepada Allah maupun kaya harta yang ditasharrufkan di jalan Allah. Pangkat wali ini juga ada waliahnya wanita. 31. Syakhsun Wahidun 1 abad 1 orang 32. Rijalun Ainit Tahkimi waz Zawaid 1 abad 10 orang 33. Budala’ 1 abad 12 orang Budala’ adalah Jama’ Sigoh Muntahal Jumu’ dari kata Abdal, tapi bukan pangkat wali abdal. 34. Rijalul Istiyaq 1 abad 5 orang 35. Sittata Anfas 1 abad 6 orang salah satu wali dari pangkat ini adalah Putra dari Raja Harun Ar-Royid yaitu Syeikh Al-’Alim Al-’Allamah Ahmad As-Sibty. 36. Rijalul Ma’ 1 abad 124 orang . Wali dengan pangkat ini beribadahnya di dalam air. Diriwayatkan oleh Syeikh Abi Su’ud Ibni Syabil "Pada suatu ketika aku berada di pinggir sungai Tikrit di Bagdad, dan aku termenung dan terbersit dalam hatiku “Apakah ada hamba-hamba Allah yang beribadah di sungai-sungai atau di lautan?”. Belum sampai perkataan hatiku tiba-tiba dari dalam sungai muncullah seseorang yang berkata “Akulah salah satu hamba Allah yang ditugaskan untuk beribadah di dalam Air”. Maka aku pun mengucapkan salam padanya. Lalu dia pun membalas salam. Tiba-tiba orang tersebut hilang dari pandanganku." 37. Dakhilul Hizab 1 abad 4 orang. Wali ini tidak dapat diketahui Kewaliannya oleh para wali yang lain sekalipun sekelas Qutbil Aqtob Seperti Syeikh Abdul Qodir Jailani karena wali ini ada di dalam Hijabnya Alloh. Namanya tidak tertera di Lauhil Mahfudz sebagai barisan para Aulia. Namun Nur Ilahiyyahnya dapat terlihat oleh para auliya' seperti diriwayatkan dalam kitab Nitajul Arwah bahwa suatu ketika Syeikh Abdul Qodir Jailani melaksanakan Thawaf di Baitullah, Makkah Mukarromah. Tiba-tiba Syeikh melihat seorang wanita dengan Nur Ilahiyyahnya yang begitu terang benderang sehingga Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani mukasyafah ke Lauhil Mahfudz. Dilihat di lauhil mahfudz, nama wanita ini tidak ada di barisan para wali-wali Allah. Lalu Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani bermunajat kepada Allah untuk mengetahui siapa wanita ini dan apa yang menjadi amalnya sehingga Nur Ilahiyyahnya terpancar begitu dahsyat. Kemudian Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk memberitahukan kepada Syeikh bahwa wanita tersebut adalah seorang waliyyah dengan maqom/pangkat Dakhilul Hizab "Berada di dalam hijabnya Allah". Kisah ini mengisyaratkan kepada kita semua agar senantiasa berhusnudzon berbaik sangka kepada semua makhluq Allah. Source Facebook Habib Abu Bakar al-Adni
AbahAnom Wali Qutub Akhir Zaman, Ceramah Manaqib Tqn Suryalaya Tasikmalaya.Masya Allah, Kyai Jatman NU yang juga sebagai murid Abah Anom membeli Kitab Syekh
Al-Quthbi Al-Kamil Khatmu Al-Auliyai Al-MaktumSecara etimologi bahasa, qutub berasal dari kata ط - ب - ق. Artinya bintang terindah. Sedangkan secara istilah, qutub adalah manusia terbaik yang mengumpulkan seluruh keutamaan. Baik dalam sifat kemanusiaan, ibadah dan kedekatannya dengan Allah. Seorang qutub merupakan Khalifah Rasulillah SAW dalam menjaga keseimbangan masa hanya ada satu orang kutub. Ibnu Hajar menjelaskan, kata abdal telah masyhur dalam sejumlah khabar dan qutub telah ditemukan dalam beberapa atsar. Sedangkan kata ghauts tidak ditemukan sumbernya. Jalaluddin As-Suyuthi telah mengetengahkan akan adanya qutub, autad dan abdal dalam kitabnya Al-Khabarud Dallu Ala Wujudil Quthbi Wal Autadi Wan Nujabai Wal Abdalli. Keterangan ini menunjukkan adanya qutub. Berbeda dengan ghauts yang tidak ada penunjukkan. Hal ini berdasarkan pada hadits dan atsar yang ghauts secara istilah adalah persamaan dari qutub. Ghauts merupakan sosok qutub yang sempurna Al-Quthb Al-Kamil wa Al-Jami. Dari sini dapat dimengerti bahwa kemutlakan kata ghauts atas al-quthbu al-jami’ adalah istilah yang baru muncul di antara para wali. Berbeda denga kata qutub yang telah ditemukan dalam beberapa atsar. Kekhususan Al-Quthbu Al-Kamil wa Al-Jami ini sangat banyak. Di antaranya adalah mengetahui ismu Al-a’dham dengan seluruh bentuk, huruf, lafal, jumlah, tujuan dan waktunya. Sebagian dari ismu Al-a’dham ini ada yang boleh diijazahkan kepada beberapa orang sahabatnya dan ada pula yang tidak diperbolehkan. Karena besarnya anugerah, martabat lahir atau batinnya dan inti batinnya. Sebagaimana keterangan dalam Jawahirulma’ani, Kanzi Al-Muthlasam dan beberapa risalah Syeikh Ahmad bin Muhammad Al-Kamil wa Al-Jami mempunyai 366 dzat sesuai jumlah hari kabisat. Seperti telah diterangkan As-Sya’rani dari gurunya, Al-Khawas keterangan ini juga disampaikan oleh Syeikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani dalam Jawahiru Al-Ma’ Asakir dan Al-Khatib telah mengutip keterangan dari Ubaidillah bin Muhammad Al-abbas, bahwa Al-kannani mengatakan, “Wali nuqaba berjumlah 300 orang. Wali nujaba berjumlah 70 orang. Wali abdal berjumlah 40 orang. Wali akhyar berjumlah 7 orang. Wali amal berjumlah 4 orang. Wali ghauts hanya seorang. Menurut Ibnu Khaldun, kedudukan qutub merupakan kedudukan tertinggi. Sebagian orang arif mengatakan bahwa Wali Qutub adalah seorang wali yang disinyalir dalam Hadits Ibnu Mas’ud, hatinya berada dalam hati Malaikat Israfil. Wali Qutub merupakan poros dan markas dari seluruh jalaluddin As-Suyuthi telah meriwayatkan dari Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasululloh SAW bersabda, “Sesungguhnya Alloh juga mempunyai 40 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Musa Alloh juga mempunyai 7 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Nabi Ibrahim Alloh juga mempunyai 5 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Jibril Alloh juga mempunyai 3 orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam hati Malaikat Mikail Allah juga mempunyai satu orang di antara makhluk-Nya yang hatinya berada dalam Malaikat Israfil Jika yang seorang tersebut meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 3 orang. Jika yang 3 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 5 orang. Jika yang 5 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 7 orang. Jika yang 7 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 40 orang. Jika yang 40 orang telah meninggal, maka Alloh SWT akan menggantikan kedudukannnya dari yang 300 orang. Jika yang 300 orang telah meninggal, maka Allah SWT akan menggantikan kedudukannnya dari orang sebab merekalah Allah menghidupkan, mematikan, menurunkan hujan, menumbuhkan tumbuhan dan menolak bahaya.”Shahibul Muniyah telah bersyairDalam Bulan Muharam esok, akan muncul ghauts yang memberi khalifah dari al-muhaimin al-majid Allah.Istilah “Khatmu Al-Auliya” memang jarang dibicarakan. Istilah ini diperkenalkan pertama oleh seorang wali agung Muhammad bin Ali Al-Hakim At-Turmidzi w. 255 H. dalam kitabnya Khatmu Al-Auliya’ Penutup Para Wali. Selanjutnya, seorang wali quthub, yaitu Syeikh Ali bin Muhammad Wafat w. 807 H. mempertegas keberadaannya. Sehingga akhirnya, istilah ini muncul ke permukaan setelah pengarang “Futuhatul Makiyyah”, Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami mengungkapkannya secara khusus dalam sebuah kitab yang berjudul “Anqaau Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghrib” Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya.Di antara beberapa wali yang agung pun ada yang mengklaim sebagai Khotmu Al-Auliya’. Antara lainSyeikh Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli, pengarang Dalailul Khairat. Syeikh Ali bin Muhammad Wafa. Beliau mengatakan bahwa ayahnya, Muhammad Wafa adalah Khatmu Al-Auliya. Namun pernyataan ini dicabut kembali. Syeikh Al-Fasyasyi. Syeikh Muhyidin Ibnu Arabi Al-Hatami. Setelah Beliau bermimpi melihat Ka’bah yang dibangun dengan batu-bata emas dan perak. Hanya saja di puncaknya antara rukun Yamani dan Syami, lebih condong ke rukun Syami terlihat kuarng dua bata. Dalam mimpinya, Beliau memperhatikan hal tersebut. Dengan kesadarannya beliau menganggap bahwa dirinyalah penutup dan penyempurna bangunan Ka’bah. Setelah melalui penakwilan, Beliau menganggap telah mencapai Khatmu L-Auliya. Maka dengan riang gembira, beliau mengalunkan syairDengan kamilah Allah menutup bermuaralahlah wilayah kepada itu, tidak ada khotam bagi orang setelah keberuntungan dengan khotam bagi umat ilmunya kecuali diriku sedang bersyair, Beliau mendengar bisikan“Apa yang kau duga dan harapkan bukan milikmu. Itu adalah milik seorang wali di akhir zaman. Tidak ada wali yang lebih mulia di sisi Allah SWT melebihinya.” Akhirnya Beliau berkata, “Kuserahkan urusan ini kepada yang menciptakan dan mewujudkan.”Dengan pernyataannya ini, secara langsung Syeikh Muhyiddin bin Arabi Al-Hatami telah mencabut klaimnya sebagai Khatmu Al-Auliya. Dalam arti sebagai Khatmu Al-Auliya karena itulah, Beliau mengarang Kitab Anqaa-u Maghrib Fii Khatmi Al-Auliya Wa Syamsi Al-Maghrib Bumi Maroko Penutup Para Wali dan Mataharinya. Kitab ini telah dicetak dan saat itu sampai abad ke-12 hijriyah tidak terdengar kembali adanya seorang wali yang mengklaim sebagai Khatmu Futuhatul Makiyah, Syeikh Muhyiddin Ibnu Arabi Al-Hatami memberikan keterangan tentang identitas Khatmu Al-Auliya. Beliau mengatakan, “Saya telah berjumpa dengannya Khatmul Auliyail Muhammadi secara barzakhiyah pada tahun 595 H. Saya melihat tanda yang disembunyikan Alloh dari hamba-hamba-Nya. Dia berada di Fas, Maroko. Saya melihat tanda Khatmul Auliyail Muhammadi darinya. Dia akan mendapat banyak cobaan karena banyak ilmu-ilmu robbani ketuhanan yang kenyataannya, setiap wali yang pernah menyatakan dirinya Khatm Al-Auliya banyak yang mencabut kembali pernyataannya. Mereka yang telah menyatakannya pun hanya pada batas tertentu wilayat Al-khusus. Bukan secara umum dan luas a-mmah dan menutup kewalian dalam arti yang mencapai kedudukan sempurna yang terakhir. Karena Khatmat Al-Kubra kesempurnaan paripurna terbesar hanya akan muncul di akhir samping itu, maqam kedudukan Al-Khatmu adalah kedudukan yang sangat tinggi yang sulit untuk dicapai seseorang, kecuali telah sampai pada maqam kedudukan kutub. Sedangkan kutub sendiri merupakan kedudukan yang sangat tinggi. Dalam tiap zamannya, seorang wali kutub merupakan sosok yang mengumpulkan ahwal beberapa kondisi kewalian, asrar beberapa rahasia ketuhanan dan karomah beberapa kemuliaan perilaku dari auliya dan arifin pada zaman tersebut. Akan tetapi, meskipun para kutub tersebut berserikat dalam pencapaian kedudukan ini, mereka berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan kekutubannya sesuai kadar masing-masing dalam pendakiannya. Sesuai urutan derajat yang mereka cakup dan tertinggi merupakan kedudukan termulia posisinya. Yaitu yang mencapai kedudukan Al-Khatmat Al-Ajall Al-Anfus kesempurnaan jiwa tertinggi. Kedudukan inilah yang disebut dengan Al-Khatm Al-Maqom penutup seluruh kedudukan di antara orang-orang khos. Dalam Ad-Durr Al-Mandhum, pada bab Titimmatu s-sa-disah penutup keenam, tentang kedudukan khatmah penutup/pamungkas, Imam As-Sya’roni telah membicarakan kedudukan Al-Muhammadi. Bahwa kedudukan ini merupakan kedudukan yang tidak mungkin dicapai seseorang kecuali telah melewati hijab. Dan ini tidak terjadi pada tiap Ar-Risalat Al-Mubarakah, Imam Asy-Sya’rani telah menerangkan ilmu-ilmu khos auliya. Bahwa beberapa ilmu tentang sifat-sifat khatim Al-auliya ada dalam tiap kurun dan akan ditutup oleh penutupnya yang terbesar khatim Al-akbar. Seperti halnya Nabi Muhammad SAW telah menutup nabi-nabi Ahmad bin Muhammad At-Tijani menerangkan tentang hakikat wilayah. Bahwa wilayah terbagi menjadi dua, yaitu Wilayah A-mmah umum dan Wilayah Khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan Wilayah Khosh-shoh ialah sejak Rasulullah Saw sampai Al-Khatmu penutup. Arti dari khosh-shoh adalah wali yang berakhlak dengan akhlak Al-Hak yang berjumlah 300 akhlak secara sempurna. Sebagaimana sabdanyaSesungguhnya Alloh memiliki 300 akhlak. Siapa yang berakhlak dengan salah satunya, maka Allah memasukkannya ke dalam Ilahiyah ini hanya terkumpul sempurna dalam diri Rasululloh SAW dan wali-wali kutub sebagai pewarisnya sampai Wali Qutub Penutup. Mereka dinamakan Al-Muhammadiyyiin. Secara hukum, kedudukan wali qutub penutup/Al-Khatmu merupakan hukum waris dari Nabi SAW kepada wali-wali qutub Al-Muhammadiyyin yang telah berakhlak dengan 300 akhlak Ilahiyah. Mereka adalah orang-orang besar golongan qutub ahli wilayah batin yang khos-shoh. Karena wilayah telah terbagi menjadi wilayah dlahir dan wilayah batin. Wilayah dlahir berkecimpung dalam pengaturan pemerintahan dan perkara lahir. Wilayah dlahir akan ditutup oleh Imam Mahdi L-Muntadhar yang akan muncul di akhir batin bergerak dalam pengaturan batin. Wilayah batin ini pun terbagi dua, yaitu wilayaha-mmah umum dan khosh-shoh khusus. Wilayah a-mmah ialah wilayah sejak Nabi Adam sampai Nabi Isa Sedangkan wilayah khosh-shoh ialah wilayah sejak Rasululloh SAW sampai Al-Khatm Al-Akbar penutup qutub terbesar. Seluruh wali qutub yang telah idrak menemukan kedudukan Khatm Al-Quthbaniyah kesempurnaan qutub adalah Ahli Wilayah Batin Khosh-shoh. Tiap wali yang telah mencapai kedudukan khatmiyah kesempurnaan dinamakan wali khatam. Sehingga muncul Al-Khatm Al-Akbar yang akan menutup wilayah khosh-shoh sebagai puncaknya. Al-Khatm Al-Akbar hanya ada satu dalam satu zaman, yaitu sejak Nabi SAW. Di mana hatinya berada dalam hati Nabi Muhammad khatm Al-auliya Al-kubra sebagai al-quthb Al-maktum merupakan kedudukan qutub terakhir yang disembunyikan Alloh SWT dari seluruh makhluk. Kecuali kepada Rasululloh SAW. Sepanjang catatan, tidak ada seorang wali pun yang mengklaim dirinya sebagai al-quthb di antara keistimewaan kedudukan al-maktum adalah bahwa Al-Haq bertajalli kali dalam kejap pertamanya. Di mana dalam satu tajalli diberikan macam anugerah seperti yang diberikan kepada penduduk sorga. Kemudian dalam kejap selanjutnya diberikan kesabaran menghadapai beberapa tajalli-Nya. Demikian terus menerus tanpa ada juga merupakan sumber Faidh cucuran rahmat yang berupa Imdad pertolongan yang dilakukan oleh para qutub untuk seluruh alam semesta. Tanpa disadari karena adanya penghalang/hijab, para qutub telah mengambil perantaraannya dalam memberikan memberikan Faidh Hakikatul Muhammadiyah kepada mereka dalam hidupnya. Nisbat para qutub dengan al-maktum adalah seperti nisbat orang umum kepada qutub sendiri. Karena kedudukan al-maktum dalam kegaibannya tidak diketahui oleh seorang pun. Baik di dunia, maupun di kesempurnaan kedudukannya tidak bisa dibandingkan dengan seluruh kedudukan lainnya. Seperti kedudukan Rasulullah SAW yang mencakup seluruh kedudukan kenabian. Karena tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatul muhammadiyah kecuali Allah SWT. Demikian pula al-maktum. Dia telah menjadi penolong pada seluruh wali dalam zaman dahulu dan zaman kemudian. Hakikatnya tidak dapat diketahui siapa pun, kecuali Allah dan Rasulullah SAW.
VvDYj. 2ltm65v8uy.pages.dev/622ltm65v8uy.pages.dev/2442ltm65v8uy.pages.dev/3872ltm65v8uy.pages.dev/3112ltm65v8uy.pages.dev/3032ltm65v8uy.pages.dev/3152ltm65v8uy.pages.dev/452ltm65v8uy.pages.dev/3832ltm65v8uy.pages.dev/130
wali qutub akhir zaman